PRONA adalah singkatan dari proyek operasi nasional agraria yang garis besarnya penerbitan sertifikat/tanda bukti hak tanah dan diselenggarakan secara massal, sedang sasaranya yaitu masyarakat ekonomi lemah sampai menengah.
Akan tetapi program pemerintah yang sangat bagus itu kadang disalahgunakan oleh oknum atau sekelompok tertentu untuk memperoleh keuntungan dengan membuat tarikan,atau iuran atau pungutan yang tidak wajar dan bahkan tidak transparant.
Menurut data dari BPN Ngawi tahun ini ada 9 desa yang mendapatkan PRONA, meliputi,: desa Tambakromo,Klampisan kecamatan geneng, desa Jogorogo, desa Campursari karangjati, desa Pojok Kwadungan, Banyubiru, Sidomakmur kecamatan Widodaren, desa Begal kec.Kedunggalar dan Bangunrejo Kidul.
Khusus untuk desa Begal yang kali ini mendapat plot 200 bidang dan menurut keterangan warga setempat banyak peserta Prona yang ngedumel dikarenakan biaya terlalu mahal, dibanding dengan PRONA pada 2 tahun lalu yang juga diterima desa tersebut sangat jauh selisih harganya.
“Tahun kemaren saja Cuma Rp 250 ribu, lha sekarang kok jadi Rp 450 ribu, sedang itu kan program pemerintah yang katanya gratis tolong mas itu kan juga tugase sampean sebagai kontrol sosial, terus terang kalau kami –kami tidak berani,” ujarnya seraya minta agar namanya tidak disebut dengan diamini oleh beberapa orang yang lain.
Sementara itu, Kepala desa Begal, Yusuf setyono ketika ditemui di ruang kerjanya mengatakan bahwa tidak tahu – menahu soal Prona. “Silahkan temui panitianya saja, semua diserahkan ke panitai, kita tidak ikut mengurusi,“ kilahnya.
Di kesempatan lain dan waktu yang berbeda wartawan berhasil menemui Khoiri sang bendahara panitia Prona desa Begal, dirumahnya yang berlantai dua dan mewah. Khoiri membenarkan bahwa memang biaya Prona Desa Begal adalah Rp 450 ribu, namun ia enggan bahwa hal itu disebut tarikan. “Itu iuran mas, bukan tarikan, jadi nanti kalau kurang ya minta lagi kalau lebih dikembalikan, semua tertulis dan untuk komsumsi kita serahkan ke perangkat desa,“ katanya.
Khoiri juga menyatakan bahwa itu sudah kesepakata peserta. Anehnya ketika ditanya rencana atau Rab penggunaan dana dia tidak punya, cuma saat itu dia mengoret-oret di lembaran kertas sambil mengingat-ingat barang apa saja yang sudah dibeli dari perolehan iuran Rp 450 ribu x 200 bidang.
Hasil investigasi wartawan koran ini untuk biaya prona di Ngawi, boleh dibilang desa Begal merupakan desa yang berbiaya paling tinggi dibandingkan dengan desa-desa penerima lainya, sebut contoh saja, desa Pojok kec. Kwadungan cuma Rp 150 ribu, desa Banyu biru Rp 165 ribu, desa Klampisan Geneng Rp 250 ribu dll, yang rata-rata jauh di bawah desa Begal.
Sementara itu, kepala BPN (Badan Pertanahan Nasional ) kabupaten Ngawi, Sunaryo, SH, ketika dikonfirmasi terkait hal tersebut menyatakan bahwa untuk biaya operasional PRONA adalah gratis, sedangkan untuk biaya pendukung yang memang diatur seperti untuk beli patok, metrai, foto-copy, legalisai hak, PBHTB , diharapkan wajar dengan pengelolaan secara transparant dan akuntable.
Ketika ditanya terkait peserta prona tergolong orang kaya seperti Khoiri bendahara prona desa Begal itu, Sunaryo menerangkan bahwa kewenangan memverifikasi pendaftar adalah kepala desa. “Sebelumnya semua kepala desa sudah kita kumpulkan, kita beri pengarahan, kemudian juga sudah kita beri surat edaran, ya kalau memang ada ketidakwajaran silahkan laporkan ke penegak hukum ,” jlentrehnya.
Title: Biaya Prona Desa Begal Kecamatan Kedunggalar Rp 450 Ribu Paling Mahal Di Ngawi
Posted by:
Published :2014-04-28T07:59:00+07:00
Biaya Prona Desa Begal Kecamatan Kedunggalar Rp 450 Ribu Paling Mahal Di Ngawi
Posted by:
Published :2014-04-28T07:59:00+07:00
Biaya Prona Desa Begal Kecamatan Kedunggalar Rp 450 Ribu Paling Mahal Di Ngawi
0 komentar:
Post a Comment